Blogger Widgets

Senin, 04 Februari 2013

Seven Years of Love


Seven Years of Love
            “Kakak..bagaimana kabarmu? aku merindukanmu. Kenapa kau tidak sms aku?apa kau sedang sibuk?” desis Kevin saat ia termenung di kasurnya, menatap layar hand phone yang sedari tadi digenggaman tangannya, ia sedang menunggu sms seseorang lalu dengan muka kecut ia membanting hand phonenya di atas kasur. Perasaan bosan mulai menghampiri, ia ingin berteriak sekencang mungkin agar kak Reyna mendengar suara hatinya.”hey..cepat tidur !” tiba-tiba ibu nyelonong masuk ke kamarnya dan mengingatkan Kevin agar cepat tidur. Huft..Kevin menghela nafas panjang.
            Seperti biasa hari ini aku mengayuh sepedaku, pagi yang cerah saatnya untuk berangkat sekolah. na..na..na.. entah mengapa pagi ini aku merasa sangat senang. Ku kayuh sepeda dengan santai, matahari juga terlihat tersenyum padaku. Tapi sepertinya bukan matahari saja yang tersenyum padaku tapi bocah laki-laki itu juga tersenyum padaku, lengkap dengan seragam SMPnya, dia nyaris tepat dihadapanku dan hampir saja aku menabraknya.
”hey kau! kenapa bisa ada di sini?”
“aku menunggu kak Reyna?”
“Ah..kau ini. Nanti kau bisa terlambat. Cepat pergi !”
Aku langsung nyelonong pergi tanpa memperdulikan dia, tetap dengan sepedaku yang selalu menemaniku. Kali ini aku terburu-buru karena bisa-bisa aku terlambat,gerbang ditutup dan ochh..tidak kubiarkan hal itu terjadi.
“kakak...semangat !! semoga kau beruntung hari ini”
Bocah itu berteriak kencang saat aku sudah mulai agak jauh darinya.Aku hanya melambaikan tangan dan dia hanya melihat punggungku saja.
Ahh..kau ini selelau seperti itu. Gumamku.
            Sejak adegan tadi pagi sepertinya aku teringat bocah itu. Hmm dia manis juga tapi dia juga terasa lucu.
“Reyna,kenapa kau senyum-senyum sendiri? Apa ada yang lucu? Macam mana pula kau ini? Apakah ada yang aneh dengan diriku?”
Guru kiler yang sering disapa anak-anak si Batak Pula itu melempar kapur ke arahku dan nyaris tepat dikepalaku.
“ohh...ti..ti..tidak pak, tidak ada apa-apa”
Wah..mampus seantero kelas menertawakanku. Aku tidak seaneh yang kalian kira.
Huft..aku menghela nafas panjang.
            Matahari serasa terik, aku menuntun sepedaku keluar gerbang sekolah. Tapi saat kudongakan wajahku yang sedari tadi tertunduk, aku terkejut mataku melotot. Besar seperti bola basket yang sebesar dunia. Bocah itu menungguku di depan gerbang sekolah.
“Kak,aku kemari utukmu.”
“Ada apa kau kemari?aku tidak membutuhkanmu!”
Nadaku ketus
“Kak, kenapa kau tidak sms aku minggu ini?”
“Aku sedang sibuk?”
“Sibuk apa kak?”
“Bukan urusanmu!”
“katakan sibuk karena apa kak?”
“sudah kubilang,itu bukan urusanmu!!!!!!!”
Aku pergi, aku semakin jengkel dengan bocah menyebalkan itu. Kenapa aku bisa mengenal bocah seperti itu? Memang aku ini siapanya.
“kak.....!!!!!”
Dia berteriak memanggilku, dan aku hanya diam saja. Mengayuh sepedaku lebih kencang.
“Baru pulang? ”sapa kak Vino yang sedang di teras rumah.
“iya kak.”Jawabku santai.
“aku pinjam kaset terbarumu ya?’
“ambil saja dikamarku”
Kak Vino masuk kamarku dan. . . .mulutnya bagai kompor meleduk saat menyaksikan kamarku yang super duper berantakan. Di meja belajar tempat kaos kaki lagi nangkring,handuk dengan pedenya diatas kasur,buku-buku berceceran dilantai, sedangkan baju kotor ikut nimbrung di sana. Dan mulut kakak tak berhenti mengomeliku.
“kalau tidak suka, pergi sana! Jangan banyak bicara! Kalau tidak tahan ya kau rapikan saja kamarku!”
Kujawab dengan nada datar, tanpa aku menatap wajahnya. Dan spertinya kakak terlihat marah ia geram dan langsung meninggalkan kamarku. Sepertinya ia tak tahan. Hmm...aku tidak menggubrisnya sama sekali.
Aku menghempaskan tubuhku diatas ranjang. Dan Rasya membaca novel kesukaannya, sahabatku itumemang jarang sekali libur membaca. Dimanapun ada dirinya selalu ada novel ditangannya. Ketika seseorang sedang jenuh meunggu orang lain maka dia tetap tenang dan asyik dengan novelnya, seperti menyatu. Dia cerdas, cantik dan tak banyak bicara. Kepribadiannya juga berlawanan denganku. Dia wanita tulen, gemar bersolek dan memasak. Aku belajar banyak tentang itu darinya, bukan aku yang memintanya tapi dirinyalah yang mengajariku tanpa ku suruh tapi tetap saja aku tidak menyukai hal itu. Kita memang beda tapi kita merasa bahwa kita saling melengkapi, perbedaan itulah yang menimbulkan kesan unik diantara kita. Kita saling mengerti dan mamahami tapi diantara kami tentu aku lah yang paling bawel dan manja.Maaf sobat,aku tidak bermaksut merepotkanmu tapi itulah aku. Kumohon mengertilah.
“Hach..bocah itu !” Mulutku terbuka lebar.
“Brisik! Memangnya ada apa Rey?”
Aku hanya menggeleng dan menyodorkan hand phoneku pada Rasya.
“Kevin mengajakmu dinner???”
“aku bingung dengan bocah itu. Tadi pagi dia menghadangku di jalan,siang menyegatku di gerbang sekolah.Dan sekarang mengajakku dinner. Lalu apa yang dia mau??”
Aku hanya menganggap dia adik dan sepertinya dia juga menganggapku kakak tapi kenapa seolah-olah aku seperti kekasihnya.Kita memang punya hoby yang sama suka game, flim, dan basket. Dan pertemuan pertama kali denganya ketika ban sepedaku bocor di jalan lalu dialah yang menolongku. Semenjak saat itu aku menjadi akrab dengannya.Tapi setelah beberapa hari aku tidak sms dia,mengapa dia terlihat sangat gelisah? Aku semakin pusing dengan bocah ini.
Mendegar hal itu Rasya tertawa terbahak-bahak bahkan hampir menangis.
“Biasanya kan dia mengajakmu main game dirumahnya kalau tidak ya main basket di lapangan dekat rumahnya tapi kali ini...? mm..apa kau mau menghadirinya?”
“entahlah..”
“Kau datang saja rey,bagaimana mungkin kau menolak ajakannya yang amat langka”
“Ah...jangan cerewet ! Aku mau tidur !”
       

            “ini sudah hampir jam tujuh,kenapa kak Reyna belum datang juga.” Kevin mendesah resah saat meungguku di suatu Cafe. Dengan melihat jam tangan ia berkail-kali mengetuk ngetuk meja.Kevin benar-benar bosan melihat orang-orang yang melintas di depannya terlebih melihat orang-orang yang sedang berbincang bersama teman, keluarga ataupun kekasihnya. Dari meja yang ada di cafe itu hanya dialah yang duduk sendirian tanpa teman.Kini Sudah jam tujuh tepat !
            “Maaf apakah aku terlambat?”
Kevin mendongak dan ia terpana melihatku yang ngos-ngosan. Aku memang mengayuh sepeda dengan kencang  agar cepat sampai karena sebelumnya aku bingung harus menghadiri acara ini atau tidak. Karena mengingat Kevin yang sangat mengharapkan kehadiranku, aku tak sampai hati jika menolak ajakan Kevin. Maka dengan terburu-buru aku pergi,tanpa gaun.Hanya dengan Celana jeans, Kaos dan Kemeja kotak-kotak yang sengaja tak kukancingkan,sepatu ket biasa dan rambut yang ku ikat.Dan tampak jelas ekspresi Kevin yang memelototiku dari ujung kaki hingga ujung rambut.
“Owh..tidak kak,kau tidak terlambat sama sekali !”
Kevin tersenyum.
Padahal aku jika sesuai janji, aku telah terlambat 30menit.
Minuman dan makanan pesanan kami sudah datang. Aku dengan lahap memakannya karena aku memang lapar.
“Apakah kakak tadi belum makan?”
Kevin bebicara saat makan dan aku tak langsung menjawabnya,ku kunyah dulu makanan yang ada dimulutku dan aku menelanya,meneguk minuman lalu..
“Di saat makan jangan berbicara,bisa tersedak kau nanti !”
“Iya kakak yang bawel.”
            Usai makan, aku mengelap mulutku dengan tissu,
“Kak,masih ada sisa makanan yang tertinggal di bibirmu”
Kevin mengelap bibirku dan sejenak ia menatapku, tatapan itu nyaris  lekat di depan mataku, sambil tersenyum manis. Senyumnya mempesona bak arjuna yang menatap mesra kekasihnya dan ini tidak seperti biasanya. Keadaan tiba-tiba menjadi hening, tidak ada suara diantara kami. Kami hanya terdiam satu sama lain. Dan tiba-tiba Kevin angkat bicara.
“Kakak cantik sekali malam ini walau tidak dengan memakai gaun dan make up, kakak memang selalu terlihat cantik. Entah sedang tertawa atau marah. Tapi kakak sangat jelek ketika menangis.”
“Hey, kapan kau melihatku menangis?”
“umm....ti..tidak pernah”
Sebenarnya aku pernah melihat kakak menangis di taman,aku tidak tahu kakak menangis karena apa tapi yang aku dengar kakak hanya mengatakan satu hal.”aku benci kau”. Sebenarnya aku tidak percaya bagaimana mungkin kakak dengan kepribadian yang amat cuek bisa menangis sendirian di sini. Hatiku sangat sedih membiarkan kakak seperti itu. Aku ingin menghapus air mata yang menghalangi senyummu, Kak jangan menangis. Lain kali akan kubuat kau tertawa. Maafkan aku kak, aku telah mengintipmu.
“Kak aku sengaja membuat janji ini jam tujuh karena angka tujuh amat penting bagiku.”
“Memangnya kenapa dengan angka tujuh?”
No metter just.......... wait me for seven years again !”
Aku kembali mengayuh sepeda menuju perjalanan pulang, aku melewati ramainya orang-orang berlalu lalang. “wait me for seven years again? Apa itu maksutnya?” Ah.. mengapa aku jadi mempedulikannya tapi yang jadi pertanyaanku kalimatnya menggantung begitu saja, tak ia lanjutkan atau mencoba menjelaskannya padaku.
Hand phoneku bergetar pertanda ada pesan yang mendarat di nomorku.
“kak... ini pertemuan terakhir kita, aku akan berangkat ke Jepang esok bersama ayahku, aku akan tinggal di sana selama beberapa tahun. Kumohon kak, jaga dirimu baik-baik!”
Aku menghela nafas membaca pesan itu, aku tak menyangka.. secepat inikah dia pergi???

Beberapa tahun kemudian
Kesibukanku mulai bertambah semenjak lulus kuliah, aku membuka kedai minuman berbagai rasa di jantung kota. Aku juga mencoba melamar pekerjaan tapi aku sungguh tak ingin jadi karyawan, aku ingin menjadi seorang bos dengan usaha yang berkembang dan memiliki anak buah yang banyak. Kerja kantoran bukan semata-mata pekerjaan yang terlihat wibawa, yaahh.. inilah gayaku, aku masih tetap nyaman dengan penampilan kasualku. Melayani pembeli dengan senyuman itu wajib kulakukan agar pelangganku senang dan bertambah.
Selain itu aku juga mencoba menulis dan mengirimkan tulisanku pada penerbit, tidak yakin akan diterima atau tidak tapi aku berharap.
“Permisi, aku pesan capucino kakak”
Aku mendongak kepada pelanggan yang memesan ini. Dia tersenyum.
“Kira-kira sudah tujuh tahun kan kak???”
Deg... jantungku berdebar. “Kevin” desisku....
            Tujuh tahun telah kulalui, Kevin menepati janjinya ia datang tepat setelah tujuh tahun dia pergi meninggalkanku. Aku tak menyangka ia segera melamarku, aku sungguh terkejut atas jawaban Kevin selama ini. Dan selama ini aku bodoh, aku tak mengakui atau aku tak peka. Aku baru menyadari bahwa aku menyukainya. Tidak. Aku mencintainya..

0 komentar:

Posting Komentar